Air di Mars dan Bumi berasal dari sumber yang sama, meteorit yang mendarat di planet tersebut dalam masa awal pembentukannya.
Ilmuwan menganalisis komposisi dua batuan langka Mars yang mendarat di Bumi sebagai meteorit. Analisis menunjukkan bahwa air yang ada di planet merah itu berasal dari benda langit yang sama.
Hasil riset ini berlawanan dengan pandangan bahwa air di Bumi dan Mars berasal dari komet. Air berasal dari meteorit chondrite yang memiliki mineral yang bisa terintegrasi dengan planet tempatnya mendarat.
“Meteorit itu memiliki cairan basalt, cairan basalt yang berbeda dengan hasil erupsi gunung berapi di Hawaii,” kata John Jones, peneliti di Johnson Space Center, Badan Penerbangan dan Antariksa NASA di Houston.
Meteorit yang dianalisis merupakan sampel murni yang memiliki unsur-unsur yang mudah menguap di lingkungklan Mars. Meteorit tersebut juga merepresentasikan dua sumber air berbeda di Mars.
Salah satu meteorit berasal dari lapisan mantel Mars, dengan kuantitas air di wilayah itu sama dengan hidrogen di Bumi. Sementara meteorit lain diperkaya dengan unsur-unsur yang terdapat di lapisan dangkal dan atmosfer Mars.
Meteorit yang berasal dari mantel menunjukkan bahwa bagian dalam Mars kering. Meteorit lainnya menunjukkan bahwa permukaan Mars pernah sangat basah pada suatu waktu.
“Ada beberapa teori yang bersaing dalam menerangkan keberagaman komposisi meteorit Mars. Hingga studi ini, belum ada bukti langsung bahwa lava primitif memiliki material dari permukaan Mars,” ungkap Tomohiro Usui, pimpinan studi ini seperti dikutip Space, Selasa
Robot Curiosity milik Badan Penerbangan dan Antariksa NASA kembali membuat penemuan mengejutkan. Setelah menganalisis sampel tanah Mars, Curiosity menemukan bahwa tanah di planet merah tersebut sama dengan tanah di Hawaii.
Curiosity menggunakan instrumen Chemistry and Mineralogy (CheMin) untuk menganalisis tanah Mars. Teknik analisis yang digunakan dikenal dengan difraksi sinar X. Teknik ini untuk pertama kali digunakan untuk menganalisis sampel tanah selain tanah di Bumi.
Berdasarkan hasil analisis, David Bish, anggota tim investigasi CheMin mengatakan, “Sampel tanah Mars yang telah kami analisis di Mars selama beberapa minggu secara mineral sama dengan material basalt yang telah mengalami pelapukan di Bumi.”
Bish seperti dikutip Space.com, Selasa (30/10/2012), mencontohkan, tanah Mars tersebut memiliki kemiripan dengan tanah di wilayah vulkanik di Mauna Kea, Hawaii. Adalah kristal tanah itu yang punya kemiripan.
Ilmuwan berencana untuk menggunakan informasi yang didapatkan kali ini untuk mengungkap apakah planet yang paling mirip dengan Bumi di Tata Surya itu bisa mendukung kehidupan mikroorganisme.
“Mineralogi tanah Mars menjadi referensi untuk menduga-duga sekarang. Ini menarik bukan hanya secara akademik. Tanah planet ialah refleksi paparan permukaan planet dan sejarahnya, menyimpan informasi iklim masa lalu dan saat ini,” kata David Vaniman, Planetary Science Institute di Tucson, Arizona, seperti dikutip Reuters, Selasa.
Analisis kali ini juga mengungkap bahwa tanah Mars memiliki kandungan utama berupa feldspar (mineral yang tersusun atas potassium dan sodium), pyroxene dan olivine. Sekitar separuh dari tanah Mars tersusun atas material non kristal, seperti kaca vulkanik, yang terbentuk dari pecahan batuan.
Proses pelapukan yang kemudian membentuk karakteristik tanah Mars bisa terjadi lewat beberapa cara, termasuk interaksi dengan air atau oksigen seperti pelapukan di Bumi. Douglas Ming dari Johnson Space Center di Houston mengatakan, badai pasir dan tumbukan meteorit juga bisa berpengaruh.
Curiosity telah mendarat di Mars sejak 6 Agustus 2012 yang lalu. Sebelumnya, Curiosity juga menemukan bahwa batu Mars yang dinamai batu Jake juga punya kemiripan dengan batuan Bumi. Selain itu, Curiosity juga menemukan bukti terkuat adanya air di Mars. Curiosity menganalisis tanah yang diambil di wilayah Mars yang disebut Rocknest. Tujuan akhir Curiosity adalah Gunung Sharp, diharapkan bisa dicapai tahun depan.
Ilmuwan menganalisis komposisi dua batuan langka Mars yang mendarat di Bumi sebagai meteorit. Analisis menunjukkan bahwa air yang ada di planet merah itu berasal dari benda langit yang sama.
Hasil riset ini berlawanan dengan pandangan bahwa air di Bumi dan Mars berasal dari komet. Air berasal dari meteorit chondrite yang memiliki mineral yang bisa terintegrasi dengan planet tempatnya mendarat.
“Meteorit itu memiliki cairan basalt, cairan basalt yang berbeda dengan hasil erupsi gunung berapi di Hawaii,” kata John Jones, peneliti di Johnson Space Center, Badan Penerbangan dan Antariksa NASA di Houston.
Meteorit yang dianalisis merupakan sampel murni yang memiliki unsur-unsur yang mudah menguap di lingkungklan Mars. Meteorit tersebut juga merepresentasikan dua sumber air berbeda di Mars.
Salah satu meteorit berasal dari lapisan mantel Mars, dengan kuantitas air di wilayah itu sama dengan hidrogen di Bumi. Sementara meteorit lain diperkaya dengan unsur-unsur yang terdapat di lapisan dangkal dan atmosfer Mars.
Meteorit yang berasal dari mantel menunjukkan bahwa bagian dalam Mars kering. Meteorit lainnya menunjukkan bahwa permukaan Mars pernah sangat basah pada suatu waktu.
“Ada beberapa teori yang bersaing dalam menerangkan keberagaman komposisi meteorit Mars. Hingga studi ini, belum ada bukti langsung bahwa lava primitif memiliki material dari permukaan Mars,” ungkap Tomohiro Usui, pimpinan studi ini seperti dikutip Space, Selasa
Robot Curiosity milik Badan Penerbangan dan Antariksa NASA kembali membuat penemuan mengejutkan. Setelah menganalisis sampel tanah Mars, Curiosity menemukan bahwa tanah di planet merah tersebut sama dengan tanah di Hawaii.
Curiosity menggunakan instrumen Chemistry and Mineralogy (CheMin) untuk menganalisis tanah Mars. Teknik analisis yang digunakan dikenal dengan difraksi sinar X. Teknik ini untuk pertama kali digunakan untuk menganalisis sampel tanah selain tanah di Bumi.
Berdasarkan hasil analisis, David Bish, anggota tim investigasi CheMin mengatakan, “Sampel tanah Mars yang telah kami analisis di Mars selama beberapa minggu secara mineral sama dengan material basalt yang telah mengalami pelapukan di Bumi.”
Bish seperti dikutip Space.com, Selasa (30/10/2012), mencontohkan, tanah Mars tersebut memiliki kemiripan dengan tanah di wilayah vulkanik di Mauna Kea, Hawaii. Adalah kristal tanah itu yang punya kemiripan.
Ilmuwan berencana untuk menggunakan informasi yang didapatkan kali ini untuk mengungkap apakah planet yang paling mirip dengan Bumi di Tata Surya itu bisa mendukung kehidupan mikroorganisme.
“Mineralogi tanah Mars menjadi referensi untuk menduga-duga sekarang. Ini menarik bukan hanya secara akademik. Tanah planet ialah refleksi paparan permukaan planet dan sejarahnya, menyimpan informasi iklim masa lalu dan saat ini,” kata David Vaniman, Planetary Science Institute di Tucson, Arizona, seperti dikutip Reuters, Selasa.
Analisis kali ini juga mengungkap bahwa tanah Mars memiliki kandungan utama berupa feldspar (mineral yang tersusun atas potassium dan sodium), pyroxene dan olivine. Sekitar separuh dari tanah Mars tersusun atas material non kristal, seperti kaca vulkanik, yang terbentuk dari pecahan batuan.
Proses pelapukan yang kemudian membentuk karakteristik tanah Mars bisa terjadi lewat beberapa cara, termasuk interaksi dengan air atau oksigen seperti pelapukan di Bumi. Douglas Ming dari Johnson Space Center di Houston mengatakan, badai pasir dan tumbukan meteorit juga bisa berpengaruh.
Curiosity telah mendarat di Mars sejak 6 Agustus 2012 yang lalu. Sebelumnya, Curiosity juga menemukan bahwa batu Mars yang dinamai batu Jake juga punya kemiripan dengan batuan Bumi. Selain itu, Curiosity juga menemukan bukti terkuat adanya air di Mars. Curiosity menganalisis tanah yang diambil di wilayah Mars yang disebut Rocknest. Tujuan akhir Curiosity adalah Gunung Sharp, diharapkan bisa dicapai tahun depan.
No comments:
Post a Comment