Ada pemandangan unik yang dijumpai tentara Angkatan Laut Selandia
Baru di perairan Pasifik Selatan, Kamis pekan lalu. Mereka melihat
kumpulan batu apung raksasa, berukuran lebih luas dari negara Israel,
mengambang di perairan tersebut.
Petugas di kapal Royal New Zealand Air Force melihat kumpulan batu itu mengapung di barat daya Pulau Raoul. “Ukurannya sangat mengejutkan, panjangnya mencapai 482 kilometer dan lebar lebih dari 48 kilometer,” demikian pernyataan Angkatan Laut.
Letnan Tim Oscar dari Angkatan Laut Australia menggambarkan batu apung raksasa itu sebagai benda paling aneh yang ada di lautan. “Hal teraneh yang pernah saya lihat dalam 18 tahun di laut,” kata dia kepada Australian Associated Press, seperti dikutip Livescience, Senin 13 Agustus 2012.
Oscar mengatakan batu apung itu tampak melayang dua kaki di atas gelombang laut jika dilihat dari kejauhan. “Warnanya putih cemerlang dan tampak menyala, seperti tepian sebuah bongkahan es,” ujar perwira yang turut menyaksikan penampakan batu apung tersebut.
Batu apung terbentuk ketika lava dari gunung berapi mendingin secara cepat. Gas yang terperangkap dalam lava menciptakan pori-pori di bebatuan, yang memungkinkannya mengapung di permukaan air.
Penelitian terbaru menunjukkan batu apung memainkan peran penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Sebab, ibarat “pulau mengambang”, batu apung raksasa ini dapat melintasi lautan sembari mengangkut hewan, tumbuhan, bahkan koloni mikroba melintasi hambatan geografis berupa perairan luas.
Angkatan Laut Selandia Baru mengatakan para ilmuwan percaya bahwa bongkahan batu apung raksasa di lepas pantai negara itu kemungkinan besar dimuntahkan ke permukaan oleh sebuah gunung berapi bawah laut. “Mungkin gunung bawah laut Monowai, yang telah aktif sepanjang punggungan Kermadec,” ujar mereka.
Sementara para pejabat Selandia Baru menyatakan fenomena ini tidak ada kaitannya dengan letusan gunung Mout Tongariro di negara itu, awal pekan lalu. Letusan tersebut cukup besar, mengirim abu vulkanik setinggi 6.100 meter ke udara.
Sekelompok peneliti dari GNS Science–sebuah lembaga milik pemerintah–langsung meluncur ke lokasi penemuan batu apung. Mereka menempuh perjalanan terdekat menumpang kapal militer lainnya untuk segera mengumpulkan sampel dari batu apung. “Sampel-sampel ini akan dianalisis untuk menentukan dari mana batu-batu itu berasal,” ujar mereka.
Petugas di kapal Royal New Zealand Air Force melihat kumpulan batu itu mengapung di barat daya Pulau Raoul. “Ukurannya sangat mengejutkan, panjangnya mencapai 482 kilometer dan lebar lebih dari 48 kilometer,” demikian pernyataan Angkatan Laut.
Letnan Tim Oscar dari Angkatan Laut Australia menggambarkan batu apung raksasa itu sebagai benda paling aneh yang ada di lautan. “Hal teraneh yang pernah saya lihat dalam 18 tahun di laut,” kata dia kepada Australian Associated Press, seperti dikutip Livescience, Senin 13 Agustus 2012.
Oscar mengatakan batu apung itu tampak melayang dua kaki di atas gelombang laut jika dilihat dari kejauhan. “Warnanya putih cemerlang dan tampak menyala, seperti tepian sebuah bongkahan es,” ujar perwira yang turut menyaksikan penampakan batu apung tersebut.
Batu apung terbentuk ketika lava dari gunung berapi mendingin secara cepat. Gas yang terperangkap dalam lava menciptakan pori-pori di bebatuan, yang memungkinkannya mengapung di permukaan air.
Penelitian terbaru menunjukkan batu apung memainkan peran penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Sebab, ibarat “pulau mengambang”, batu apung raksasa ini dapat melintasi lautan sembari mengangkut hewan, tumbuhan, bahkan koloni mikroba melintasi hambatan geografis berupa perairan luas.
Angkatan Laut Selandia Baru mengatakan para ilmuwan percaya bahwa bongkahan batu apung raksasa di lepas pantai negara itu kemungkinan besar dimuntahkan ke permukaan oleh sebuah gunung berapi bawah laut. “Mungkin gunung bawah laut Monowai, yang telah aktif sepanjang punggungan Kermadec,” ujar mereka.
Sementara para pejabat Selandia Baru menyatakan fenomena ini tidak ada kaitannya dengan letusan gunung Mout Tongariro di negara itu, awal pekan lalu. Letusan tersebut cukup besar, mengirim abu vulkanik setinggi 6.100 meter ke udara.
Sekelompok peneliti dari GNS Science–sebuah lembaga milik pemerintah–langsung meluncur ke lokasi penemuan batu apung. Mereka menempuh perjalanan terdekat menumpang kapal militer lainnya untuk segera mengumpulkan sampel dari batu apung. “Sampel-sampel ini akan dianalisis untuk menentukan dari mana batu-batu itu berasal,” ujar mereka.
No comments:
Post a Comment