Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa selama ribuan tahun,
orang telah tertarik pada gelembung karena manfaatnya. Baik itu untuk
meremajakan kulit saat digunakan untuk berendam air panas atau untuk
perawatan di spa mineral maupun sensasi ‘krenyes’ di lidah pada saat
meneguk minuman bersoda.Darimana sebenarnya gelembung ini berasal?
Sesuai dengan namanya, karbonasi merupakan proses dari karbon dioksida yang dimasukan ke dalam cairan dengan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan gelembung dalam minuman dengan cita rasa “menggigit” atau “krenyes”. Karbon dioksida yang digunakan pada proses karbonasi pada dasarnya sama dengan gas alam yang kita keluarkan saat bernafas dan dihirup oleh tanaman saat proses respirasi, namun dalam bentuk produk komersial (commercially-produced version).
Produsen minuman saat ini menggunakan peralatan khusus untuk mencampurkan gelembung ke dalam cairan, tetapi Anda mungkin akan terkejut mengetahui bahwa proses ini sebenarnya juga terjadi secara alami.
Sejarah Proses Karbonasi
Pada tahun 1500-an, ada sebuah desa di daerah Spa di Belgia yang menjadi salah satu resor pertama yang terkenal karena alamnya dan juga sumber air panas mineralnya. Spa membuat banyak orang tertarik untuk memanfaatkan air berkarbonasi karena sifatnya yang menyegarkan dan dipercaya dapat membantu pencernaan.
Mulai pertengahan abad ke-19, proses karbonasi mulai dikomersialisasikan dan minuman bersoda bermunculan di seluruh dunia. Orang yang pertama mengembangkan pembuatan minuman berkarbonasi adalah ilmuwan Inggris Joseph Priestly di akhir abad ke-18.
Dia menemukan sebuah metode karbonasi dengan ‘menembakan’ karbon dioksida ke dalam air dengan tekanan tinggi, menciptakan gelembung yang cukup mampu bertahan lama. Pada pertengahan tahun 1800-an, ilmuwan makanan mulai menambahkan gula, jus buah, dan rasa ke dalam air berkarbonasi untuk kesegaran dan bukan hanya untuk manfaat kesehatannya saja.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika minuman bersoda masuk ke mulut Anda, air berkarbonasi dapat memicu reseptor tertentu pada lidah untuk memberikan sensasi “menggelitik”. Bahkan, sebuah studi mengenai pengaruh karbonasi pada rasa menunjukkan bahwa karbonasi dapat meningkatkan kemampuan indera kita dalam merasakan manis dan asin.
Minuman bersoda akan tetap ‘mengigit’ atau ‘krenyes’ selama kemasannya belum dibuka. Hal ini karena segelnya sengaja dirancang untuk mencegah karbonasi menguap. Rasa krenyes yang unik dan menyegarkan dari minuman bersoda akan terasa optimal saat kandungan karbonasinya seimbang. Jika tutup kemasan dibuka terlalu lama, karbonasi akan menguap sehingga sensasi krenyes dalam minuman bersoda tersebut hilang.
Bertentangan dengan anggapan bahwa air berkarbonasi dapat membantu pencernaan, ada pula yang beranggapan bahwa air berkarbonasi dapat menyebabkan masalah lambung dan perut kembung. Apakah ini benar ?
Saat tertelan, sebagian besar karbonasi dalam minuman bersoda sebenarnya tidak sampai di lambung karena sebagian besar gas menguap ketika kemasan dibuka. Gelembung yang tersisa dalam minuman akan segera diserap melalui dinding saluran pencernaan. Dan, jumlah yang diserap oleh tubuh tersebut relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan tubuh kita secara terus menerus secara alami saat kita menggunakan energi.
Kadang-kadang yang terjadi adalah bersamaan dengan udara yang tertelan ketika Anda minum terlalu tergesa-gesa, dan kelebihan gas tersebut akan dikeluarkan dari tubuh dengan cara bersendawa.
Sesuai dengan namanya, karbonasi merupakan proses dari karbon dioksida yang dimasukan ke dalam cairan dengan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan gelembung dalam minuman dengan cita rasa “menggigit” atau “krenyes”. Karbon dioksida yang digunakan pada proses karbonasi pada dasarnya sama dengan gas alam yang kita keluarkan saat bernafas dan dihirup oleh tanaman saat proses respirasi, namun dalam bentuk produk komersial (commercially-produced version).
Produsen minuman saat ini menggunakan peralatan khusus untuk mencampurkan gelembung ke dalam cairan, tetapi Anda mungkin akan terkejut mengetahui bahwa proses ini sebenarnya juga terjadi secara alami.
Sejarah Proses Karbonasi
Pada tahun 1500-an, ada sebuah desa di daerah Spa di Belgia yang menjadi salah satu resor pertama yang terkenal karena alamnya dan juga sumber air panas mineralnya. Spa membuat banyak orang tertarik untuk memanfaatkan air berkarbonasi karena sifatnya yang menyegarkan dan dipercaya dapat membantu pencernaan.
Mulai pertengahan abad ke-19, proses karbonasi mulai dikomersialisasikan dan minuman bersoda bermunculan di seluruh dunia. Orang yang pertama mengembangkan pembuatan minuman berkarbonasi adalah ilmuwan Inggris Joseph Priestly di akhir abad ke-18.
Dia menemukan sebuah metode karbonasi dengan ‘menembakan’ karbon dioksida ke dalam air dengan tekanan tinggi, menciptakan gelembung yang cukup mampu bertahan lama. Pada pertengahan tahun 1800-an, ilmuwan makanan mulai menambahkan gula, jus buah, dan rasa ke dalam air berkarbonasi untuk kesegaran dan bukan hanya untuk manfaat kesehatannya saja.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika minuman bersoda masuk ke mulut Anda, air berkarbonasi dapat memicu reseptor tertentu pada lidah untuk memberikan sensasi “menggelitik”. Bahkan, sebuah studi mengenai pengaruh karbonasi pada rasa menunjukkan bahwa karbonasi dapat meningkatkan kemampuan indera kita dalam merasakan manis dan asin.
Minuman bersoda akan tetap ‘mengigit’ atau ‘krenyes’ selama kemasannya belum dibuka. Hal ini karena segelnya sengaja dirancang untuk mencegah karbonasi menguap. Rasa krenyes yang unik dan menyegarkan dari minuman bersoda akan terasa optimal saat kandungan karbonasinya seimbang. Jika tutup kemasan dibuka terlalu lama, karbonasi akan menguap sehingga sensasi krenyes dalam minuman bersoda tersebut hilang.
Bertentangan dengan anggapan bahwa air berkarbonasi dapat membantu pencernaan, ada pula yang beranggapan bahwa air berkarbonasi dapat menyebabkan masalah lambung dan perut kembung. Apakah ini benar ?
Saat tertelan, sebagian besar karbonasi dalam minuman bersoda sebenarnya tidak sampai di lambung karena sebagian besar gas menguap ketika kemasan dibuka. Gelembung yang tersisa dalam minuman akan segera diserap melalui dinding saluran pencernaan. Dan, jumlah yang diserap oleh tubuh tersebut relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan tubuh kita secara terus menerus secara alami saat kita menggunakan energi.
Kadang-kadang yang terjadi adalah bersamaan dengan udara yang tertelan ketika Anda minum terlalu tergesa-gesa, dan kelebihan gas tersebut akan dikeluarkan dari tubuh dengan cara bersendawa.
No comments:
Post a Comment